Warnoto Fisika

Lulusan UNY tahun 2000 dari Pendidikan Fisika FMIPA, mengajar di SMA N 1 Subah Kab. Batang Jawa Tengah. Minat pada bidang Teknologi, Arsitektur dan Keagamaan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kondom Jembatan (bag 2)

Kondom Jembatan (bag 2)

Sungguh setiap melewati jembatan kondoman ini jiwaku dibawa ke dua alur yang berseberangan. Di satu sisi teringat kenangan masa sekolah dulu. Di sisi lain terbayang sejarah kelam kebiadaban Tentara NICA.

Jembatan yang dikenal orang Tulis sebagai Bruk Sasak Simbang menghubungkan dua desa yaitu Simbang Jati dan Simbang Desa. Namun, dimasa kejayaannya operasionalnya diserahkan ke pihak swasta layaknya jalan tol. Penyediaan bahan baku, pembangunan dan pemeliharaan dikelola oleh sebuah keluarga. Imbal baliknya setiap orang yang lewat akan dikenai biaya. Bagi anak sekolah, biaya ini ditarik tahunan. Tampaknya usaha ini dapat diandalkan karena lalu lalang orang cukup rame. Di hari biasa banyak para pedagang dari puluhan desa menuju satu satunya pasar di kota kecamatan (meskipun tetap disebut Pasar Desa) .Akan lebih ramai lagi saat hari pasaran karena tidak hanya pedagang yang lewat. Para petani dan buruh kebun juga perlu hiburan dengan pergi ke kota kabupaten. Kliwonan istilahnya. Demikian juga anak sekolah setingkat SMP dari Desa desa tersebut berbondong-bondong menuju kota kecamatan. Termasuk saya.

Saat itu berjalan kaki adalah hal biasa meskipun sampai lima kiloan. Gurau canda saat perjalanan mengasyikkan walau saya sering hanya jadi pendengarnya. Barangkali bagi teman yang lebih berumur, yang sudah mengenal cinta gorila, memiliki kenangan yang lebih asyik melewati jembatan ini.

Ada kebiasaan unik saat itu ketika musim hujan. Seluruh perjalanan dari kampung sampai jembatan Sasak melewati tanah belok /becek. Meski ada ojek, layanannya adalah dari sasak menuju kampung, bukan sebaliknya. Karenanya pastilah dari kampung harus jalan kaki. Lalu bagaimana dengan kewajiban bersepatu ke sekolah? Ya sepatunya di tenteng dong agar tetap bersih. Biarlah kaki ini yang belepotan. Toh nanti akan melewati kali Simbang. Begitu rombongan sampai di ujung jembatan, laksana bebek bergiliran turun ke sungai. Tidak lain untuk membersihkan kaki dan memakai sepatu. Jadi, Bruk Sasak Simbang tetap bersih tanpa terkotori kaki kaki dari desa. Melewati sasak harus hati-hati karena lebar jembatan tak seberapa. Paling menakutkan adalah saat berpapasan dengan motor. Saya tak ingat betul apakah pengendara tetap menaiki motornya atau menuntunnya. Saat meninggalkan sasak kami merasa percaya diri karena penampilan tetap sama dengan anak kota. Sama sama bersepatu dan sama bersihnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aduuuh...Pak Guru, makin serem aja lihat foto jembatannya. Pak Guru, bagi dong tulisan ini ke warga masyarakat agar sama-sama biaa temukan solusi untuk renovasi sebelum kerusakan semakin parah. Semoga segera, nggih Pak Guru. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

23 Mar
Balas

Akan saya coba Bunda. Terima kasih sarannya Salam Sehat dan sejahtera.

23 Mar



search

New Post