Kusempatkan menengok gurusiana dan menskrol untuk melihat ragam postingan para gurusianer. Eh, dari atas sampai paling bawah ternyata terdapat kesamaan tema tulisan. Semua tentang kebahagiaan. Saya tidak tahu persis apakah ini peserta MWC atau Sagu Sabu. Saya hanya berfikir kalau peserta disuruh menulis tentang kebahagiaan tentu mereka harus melupakan penderitaan. Ya kalau pas momennya bahagia. Kalau lagi menderita kan harus ditutupi dulu. Yang diingat adalah masa bahagia hari yang lelah berlalu. Mungkinkah rasa bahagia itu berbarengan dengan penderitaan? Kalau bahagia di atas derita orang lain itu pasti ada. Iya, nyamuk dan lalat. Tetapi untuk satu jiwa mungkinkah? Mungkin. Walau tidak semua laki-laki. Contohnya aku. Ya, aku bahagia walau sebenarnya menderita. Namun etikanya sebarkanlah bahagia itu agar sahabat ikut merasakannya. Itulah pentingnya undangan walimahan. Sebaliknya, tutupilah deritamu agar orang lain tak ikut sedih. Itulah pentingnya kita dilarang mengundang teman untuk menjenguk jika kita sedang di rumah sakit. Maka, kemarin aku sempatkan untuk mengunggah satu artikel yang telah dimuat oleh media massa. Itu bukti kebahagiaanku. Namun sebenarnya aku sedang meringis menahan nyeri karena kaki disengat kala jengking. Salam Bahagia (*)