Warnoto Fisika

Lulusan UNY tahun 2000 dari Pendidikan Fisika FMIPA, mengajar di SMA N 1 Subah Kab. Batang Jawa Tengah. Minat pada bidang Teknologi, Arsitektur dan Keagamaan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadikan Actual Accident sebagai Penguat Konsep dan Pemicu Antusiasme dalam Belajar Fisika

Menjadikan Actual Accident sebagai Penguat Konsep dan Pemicu Antusiasme dalam Belajar Fisika

Artikel ini adalah posting ulang dari artikel dengan judul yang sama yang terbit di Radar Semarang edisi 25 Mei 2019

Sebagai mahluk sosial maupun individu, peserta didik memiliki kehendak bebas untuk berbuat sesuatu. Inilah yang menyebabkan segala hal mungkin terjadi di dalam kelas, di luar skenario pembelajaran yang disiapkan guru. Penulis menyebut peristiwa ini sebagai actual accident. Actual accident cenderung mengganggu proses pembelajaran. Maka, guru sebagai manajer kelas harus dapat mempertahankan agar kelas berjalan sesuai skenario yang disiapkan. Bagaimana guru dapat menjadikan actual accident tidak lagi sebagai penghambat proses pembelajaran tetapi justeru sebagai Penguat Konsep dan Pemicu Antusiasme dalam Belajar ? Paparan berikut akan menguraikan hal tersebut berdasarkan pengalaman penulis mengajar Fisika di SMA N 1 Subah Batang.

Actual accident dapat kita bedakan sebagai berikut: pertama, adalah peristiwa yang sedang terjadi di dalam kelas saat guru memasuki ruangan tersebut. Misalnya, siswa berlarian atau saling lempar benda. Kedua, merupakan peristiwa yang terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung misalnya jatuhnya barang-barang milik siswa, siswa ijin keluar kelas, celetukan siswa atau ada tamu masuk kelas. Adapun ketiga, peristiwa yang sebenarnya terjadi di luar kelas namun efeknya dapat dirasakan di dalam kelas. Misalnya, ban mobil meletus, rombongan siswa yang lewat, suara hujan, guntur dan sebagainya.

Peristiwa yang terjadi di kelas sat guru memasuki ruangan dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari kegiatan Memulai Pembelajaran. Hanya saja guru harus berimprovisasi, agar tidak kehilangan moment. Kesampingkan dulu prosedur normatif saat membuka pelajaran yaitu salam dan presensi. Guru bisa langsung mengomentari peristiwa yang sedang berlangsung dan menggiring menuju apersepsi siswa. Di sini ada keuntungan yang didapat yaitu biasanya seluruh siswa telah terfokus pada peristiwa yang sedang berlangsung sehingga guru tidak perlu bersusah-payah untuk memfokuskannya. Telah diakui bahwa keberhasilan pembelajaran salah satunya ditentukan oleh keberhasilan guru dalam membuka kelas. Sebab, di sinilah minat belajar siswa mulai muncul.

Dalam pembelajaran fisika dapat dicontohkan kejadian ketika guru masuk kelas. Suasana kelas masih gaduh karena siswa saling lempar gulungan kertas. Guru telah merencanakan mendiskusikan Gerak Parabola dalam pembelajaran. Maka guru langsung mengomentari peristiwa yang sedang berlangsung. “ Wah, wah, wah...asyik sekali kelihatannya saling serang seperti itu. Adakah yang mengenai sasaran paling banyak? Hal apa saja yang berpengaruh terhadap ketepatan lemparan ? Apakah sudut lemparan berpengaruh ? Adakah yang tahu nama sudut ini ? Agar tahu lebih banyak diskusikan lembar kerja yang akan bapak bagi berdasarkan kelompok.” Demikian guru mengarahkan.

Contoh lain, saat guru mulai salam tiba-tiba beberapa siswa yang belum sempat ke belakang pada jam sebelumnya memohon ijin. Karena normalnya pintu tertutup maka siswa harus keluar dengan membuka pintu. Peristiwa ini langsung dimanfaatkan sebagai bagian dari apersepsi. Kebetulan topik yang akan didiskusikan adalah tentang momen inersia. Guru berkomentar: “Untuk ke belakang harus buka pintu kan ? Untuk membuka pintu harus berpegangan di mana ? Coba si Anu peragakan !”. Setelah siswa memperagakan guru melanjutkan bertanya kepadanya. “Di tempat mana harus berpegangan agar membuka pintu terasa mudah ? Apakah peristiwa ini berhubungan dengan momen inersia ? Besaran apa saja yang berpengaruh terhadap momen inersia ?”. Kemudian guru melanjutkan untuk menyiapkan belajar siswa.

Actual accident pernah terjadi saat pembelajaran berlangsung. Materi yang sedang didiskusikan adalah hukum termodinamika. Kebetulan cuaca saat itu panas sehingga banyak siswa yang kegerahan. Mereka berkipas-kipas sambil melonggarkan bajunya. Guru langsung mengomentari dan mengajak berdiskusi melalui analogi. Guru menjelaskan bahwa Kumpulan siswa dalam kelas diibaratkan sebagai partikel yang terkurung dalam ruang tertutup. Saat udara di luar panas, siswa berkipas kipas tak beraturan. Bahkan andai dibolehkan, tentu mereka akan berhamburan. Begitulah sifat partikel gas. Gas akan bergerak acak saat suhu dinaikkan sementara volume tetap. Sementara jika pintu kelas dibuka dan siswa berusaha keluar dapat mengibaratkan bertambahnya volume gas ketika suhu dinaikkan. Gas memuai. Jadi peristiwa gerahnya siswa dapat menguatkan konsep hukum-hukum gas dalam termodinamika.

Begitulah, actual accident dapat dialihkan dari problem maker menjadi penguat konsep dan pemicu antusiasme dalam pembelajaran Fisika.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Analog dg penerapan teori belajar kontektualisme. Lanjutkan kawan.

02 Jun
Balas

Terima kasih sahabat. Salam buat Ibu Marlupi

02 Jun

Mantap

09 Dec
Balas

Terima kasih Bu Rismala. Kapan kapan mampir lagi

09 Dec

Wahh...bagus sekali!terimakasih...

23 Jun
Balas

Terima kasih kembali Ibu Lies

23 Jun

Kalau dalam pendidikan anak usia dini..namanya tema insidental Pak Noto...Sipp inspirasinya...Barakallah...

02 Jun
Balas

Oh Gitu, terimakasih, Barakallah

02 Jun



search

New Post